Tuesday, February 3, 2015

Pipeline on Bottom Stability

Salah satu penyebab kegagalan struktur  pipa bawah laut adalah ketidakstabilan pipa akibat gaya hidrodinamik di dasar laut. Gaya hidrodinamik terdiri dari gaya seret (drag), gaya inersia dan gaya angkat (lift). Ilustrasi gaya-gaya yang bekerja pada pipa bawah laut dapat dilihat pada gambar di bawah.

Gaya-gaya yang bekerja pada pipeline

Gaya-gaya arah lateral pipa terdiri dari gaya seret (FD), gaya inersia (FI) dan gaya gesek (Fr). Gaya seret terjadi akibat adanya gesekan fluida dengan dinding pipa dan adanya vortex yang terjadi di belakang pipa. Gaya inersia menunjukkan masa fluida yang dipindahkan oleh pipa yang nilainya dipengaruhi oleh percepatan partikel air. Sedangkan gaya arah vertikal yang bekerja pada pipa berasal dari gaya angkat (FL), gaya berat (W) dan gaya normal dari tanah (N). Gaya angkat terjadi akibat adanya perbedaan tekanan di bagian atas dan bawah pipa. 

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menjaga stabilitas pipeline diantaranya dengan mengurangi gaya-gaya yang bekerja pada pipa seperti pembuatan parit (trenching), penguburan pipa (burial), pembuatan tanggul batu (rock beam) atau dengan cara menambah stabilitas pipa itu sendiri dengan menambah lapisan pemberat. Salah satu pemberat yang dapat digunakan adalah selimut beton. Dalam desain pipeline, biasanya dilakukan perhitungan ketebalan selimut beton untuk menjaga stabilitas struktur pipa. 
Ilustrasi pembuatan parit

Pipa yang dilapisi selimut beton

Ilustrasi penguburan pipa



No comments:

Post a Comment